PIlkades Maret 2013
Sabtu, 09 Februari 2013
Sabtu, 02 Juni 2012
DESA PETIYINTUNGGAL DI TAHUN 2008
SELAYANG PANDANG DESA PETIYINTUNGGAL
A. Deskripsi
lokasi
Kondisi Geografi Desa Petiyin Tunggal
Secara geografis, desa petiyin tunggal
terletak di dataran rendah dengan ketinggian 5 meter dari permukaan air laut dan suhu rata-rata
mencapai 32” dengan curah hujan 2000 mm/tahun. Luas wilayah desa petiyin tunggal adalah
684 Ha. Peruntukan wilayah tersebut terdiri dari pemukiman seluas 20 Ha, jalan
seluas 1,5 , kuburan seluas 1 Ha, dan lain-lain seluas 300,4 Ha.
Desa petiyin tunggal termasuk dalam wilayah Kecamatan dukun, Kabupaten
gresik, Propinsi Jawa Timur. Jarak ke ibu kota
kecamatan terdekat adalah 15 km, dengan lama tempuh sekitar ¼ jam. Sedangkan
jarak ke ibu kota
kabupaten terdekat adalah 35 km, dengan lama tempuh sekitar 1 jam.
Di sebelah utara, batas desa petiyin tunggal adalah desa Serah Kecamatan
Panceng. Di sebelah barat berbatasan dengan desa lowayu yang juga masih Kecamatan
Dukun. Di sebelah selatan terdapat rawa yang berbatasan dengan desa Tirem
Enggal yang juga masih Kecamatan Dukun. Sedangakan di sebelah timur, berbatasan
dengan desa Tebuwung Kecamatan kecamatan Dukun.
B. Bentuk
dan Tipe Desa Petiyin Tunggal
Di lihat dari segi letak keberadaan
desa menurut geografinya, desa petiyin tunggal merupakan
Desa ngare, di mana desa ini berada di dataran rendah. Karena itulah desa ini
lebih leluasa dalam mengatur lahannya, sehingga mudah memenuhi kehidupan
warganya. Desa petiyin tunggal
terdiri dari 3 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT). Desa ini hanya memiliki
1 dusun, yaitu dusun petiyin, yang terdiri dari 1 RW dan 2 RT. Antara desa
induk dengan dusun dihubungkan melalui jalan atau lorong sepanjang 0,2 km. Di
desa induk terdapat pusat kegiatan warga, seperti kantor desa, kuburan, masjid,
pasar, sekolahan, dan lain-lain.
Rumah-rumah penduduk terletak berjajar
di sepanjang kanan-kiri jalan dan juga masih banyak lahan kosong karena desa
ini termasuk desa yang kacil akan tetapi wilayahnya cukup luas,. Jumlah rumah
hunian di desa Petiyin Tunggal
adalah sekitar 288 buah. Hampir semua bangunan berdinding tembok, beratap
genteng, berlistrik, dengan lantai semen, tegel atau keramik. Bentuk rumah
penduduk pun bervariasi, ada yang membentuk leter L, horizontal, vertikal atau
bertingkat, dan limas. Sebagian besar rumah penduduk telah berdesain modern,
hanya beberapa rumah saja yang masih berdesain tradisional sebagai bukti
pelestarian peninggalan nenek moyang.
Lebar jalan utama menuju pusat kota di Petiyin Tunggal adalah 12 meter dan sudah
beraspal. Atas swadaya masyarakat, jalan dan lorong desa Petiyin Tunggal pun sudah beraspal. Kondisi jalan ini membuat
arus lalu lintas yang masuk dan keluar desa cukup lancar disamping juga karena
jarang kendaraan yang lewat. Sepanjang jalan utama desa masih banyak berdiri
pepohonan dan sebagian toko-toko serta warung-warung kecil yang menjual makanan
dan minuman ringan.
Desa Petiyin Tunggal merupakan tipe desa pertanian perikanan
dan peternakan, dan ada juga sebagai pengrajin kayu, karena sebagian besar
kehidupan penduduknya bergantung pada potensi alam dan sebagian merantau.
C.
Demografi
a. Jumlah
Penduduk Desa Petiyin Tunggal
Penduduk desa Petiyin Tunggal pada tahun 2007 sekitar 1.052 jiwa. Dengan rincian, 587
laki-laki dan 465 perempuan, serta terdapat 550 Kepala Keluarga (KK). Jumlah
ini juga mencakup jumlah keseluruhan penduduk di dusun Belahan, yaitu 136
laki-laki, 197 perempuan, dan 102 KK
b. Tingkat
Ekomomi Penduduk
Gambaran mengenai ekonomi penduduk desa Petiyin Tunggal dapat
dijelaskan dari sumber mata pencaharian yang ada saat ini. Jenis mata
pencaharian ini berkaitan dengan pekerjaan pokok. Mata pencaharian penduduk Petiyin Tunggal pada
umumnya adalah bekerja disektor pertanian, peternakan, wiraswasta, PNS dan
sebagian kecil para pemuda merantau kenegeri sebrang.
Tercatat pada tahun 2007, jumlah petani sebanyak 625 orang,
wiraswasta 200, peternakan 27 orang, PNS 30 orang dan para pemuda yang merantau
170.
c. Tingkat
Pendidikan
Sesuai dengan kemajuan pembangunan dan kegiatan
pembangunan dalam bidang pendidikan, khususnya wajib belajar sembilan tahun
bagi masyarakat, maka secara bertahap struktur pendidikan masyarakat desa Petiyin Tunggal mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Gambaran tingkat
pendidikan masyarakat desa Petiyin Tunggal pada tahun 2007 sebagai berikut:
TINGKAT PENDIDIKAN
PENDUDUK DESA PETIYIN TUNGGAL
TAHUN 2007
No
|
Jenis Pendidikan
|
Jumlah
(Jiwa)
|
Persen
(%)
|
1
|
Belum Sekolah/ Buta huruf
|
55
|
17,53
|
2
|
Tamat
SD/ sederajat
|
458
|
26,11
|
3
|
Tamat SLTP/ sederajat
|
256
|
21,86
|
4
|
Tamat SLTA/ sederajat
|
229
|
18,80
|
5
|
Tamat Perguruan Tinggi/ sederajat
|
54
|
15,57
|
JUMLAH
|
10.52
|
100,00
|
Sumber: Monografi Desa, tahun 2007.
Angka struktur pendidikan masyarakat di atas jelas sangat
menggembirakan sebab 15,57 % penduduknya telah lulus perguruan tinggi/sederajat.
Dari informasi pendidikan di atas, masih dijumpai masyarakat yang buta huruf,
terutama masyarakat yang berusia di atas
60 tahun. Sampai pada tahun 2007, penduduk petiyin tunggal yang melek huruf
sebanyak 997 jiwa atau 73,89 % dari jumlah penduduk. Ini berarti bahwa masih
ada 26,11 % penduduk yang masih buta huruf. Menurut kepala desa, mereka yang
buta huruf inilah yang termasuk juga dalam kelompok keluarga miskin.
d. Keagamaan
Di tilik dari agama yang dipeluk masyarakat, di desa Petiyin
Tunggal hanya terdapat satu agama, yaitu agama Islam . Sebagian besar penduduk petiyin
tunggal beragama Islam dengan jumlah penduduk sebanyak 10.52 jiwa . Selaras
dengan proporsi itu, sarana beribadatan pun, yaitu berupa Masjid 2 buah dan
Langgar/ Musollah 5 buah.
Kegiatan keagamaan Islam di desa Petiyin Tunggal cukup semarak.
Tidak kurang dari 125 umat Islam menjadi anggota jama’ah pengajian. Sedangkan
perkumpulan keagamaan seperti IPNU/IPPNU 109 orang pemuda-pemudi. Penanda lain
dari gairah berkegiatan agama juga tampak dari makin berkembangnya prasarana
peribadatan dan lembaga pendidikan Islam, seperti lembaga pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah yang sekarang jumlahnya 1 buah, SDN 1 buah dan TPQ sebanyak 2 buah
Hampir semua pembangunan rumah peribadatan Islam bersandar
pada swadaya masyarakat setempat. Bukan hanya itu, setiap tahunnya penduduk
petiyin tunggal juga memberikan santunan bagi anak yatim dan mengadakan
kegiatan pembinaan keagamaan yang dilaksanakan melalui perjalanan tour ke Wali
Songo.
e. Kesehatan
Pada setahun terakhir ini, wabah penyakit yang menyerang
desa petiyin tunggal tercatat 2 kasus demam berdarah, 3 kasus tipus dan 3 kasus
Muntaber. Fasilitas kesehatan yang tersedia sebuah Puskesmas pembantu, yang terletak di pusat desa.
Kegiatan pelayanan kesehatan seperti KB dan Posyandu berjalan
dengan baik di desa Petyin Tunggal. Peserta KB aktif sebesar 74, 80 % dari pasangan
usia subur, yaitu 537 orang dengan kontrasepsi terbanyak menggunakan suntikan
KB dan Pil IUD. Sedangkan kegiatan Posyandu dilakukan dalam bentuk pemeriksaan
ibu hamil, penimbangan bayi/ balita, dana sehat, penyuluhan kesehatan, dan
immunisasi.
Selain pelayanan kesehatan melalui fasilitas yang ada,
kesehatan masyarakat juga dapat dilihat dari ketersediaan air bersih. Air minum
dan air bersih tidak ada masalah dalam ketersediaannya, baik di Petiyin Tunggal
sebagai induk desa maupun di dusun Petiyin. Tercatat 550 KK menggunakan sumur gali.
B. Karakter
Masyarakat
Secara longgar, ada dua kategori penduduk di desa Petiyin
Tunggal, yaitu penduduk asli atau pribumi dan penduduk pendatang. Data
sementara menunjukan 145 jiwa atau 31,97 % dari 1052 penduduk petiyin tunggal
adalah pendatang. Karena didasarkan pada latar belakang yang berbeda, maka karakteristik
mereka pun juga terlihat berbeda.
Dari segi pola interaksi dan komunikasi, tampak bahwa
keluarga pendatang memiliki frekwensi interaksi yang menurun karena kesibukan
masing-masing. Komunikasi lebih egaliter, gradasi dalam berbahasa (ngoko, basa,
lan kromo inggil) makin berkurang pengaruhnya.
Anjangsana antar kerabat pun makin memudar. Dalam
berkomunikasi, bahasanya pun kurang menunjukan tingkatan-tingkatan yang ketat,
kedudukan menurut silsilah dan hubungan kekerabatan makin diabaikan. Anak-anak
mereka malu menyebut paman bila sang paman berusia relative sama, paling-paling
dipanggil Mas atau Mbak.
Hal ini sangat berbeda dengan penduduk asli petiyin tunggal,
mereka sangat menjunjung tinggi hubungan kekerabatan. Bahasa yang digunakan pun
halus, mereka slalu menggunakan bahasa Kromo Inggil jika berbicara dengan orang
yang lebih tua ataupun orang yang dihormati.
Bentuk masyarakatnya adalah Gemeinschaft (paguyuban).
Komunikasi lisan di antara mereka cukup dominant. Mereka mengartikan gotong
royong sebagai partisipasi dalam bentuk tenaga. Jika gotong royong dilakukan
dalam bentuk pembangunan jalan atau pembersihan lingkungan, mereka menyebutnya
dengan istilah “Kerja Bakti”.
Solidaritas dan empati di antara masyarakat petiyin tunggal
khususnya para pribumi, terjalin dengan baik. Cenderung diyakini bahwa tidak
mungkin kalau sesama warga asli Petiyin Tunggal berniat saling menjatuhkan atau
menjerumuskan. Sekejam-kejamnya mereka, tidak akan tega terhadap
saudara-saudaranya sendiri (tego lorone ora tego patine). Dalam ungkapan
lokal, masyarakat desa petiyin tunggal termasuk dalam kategori orang yang masih
berprinsip “Paseduluran”.
Langganan:
Postingan (Atom)